Thabarani telah mengeluarkan dari Rib'i bin Hirasy,
Sekali peristiwa telah datang Abdullah bin Abbas (Ibnu Abbas) ra. meminta izin
menemui Mu'awiyah ra. dan beberapa orang tokoh kaum Quraisy sedang berada di
sisi Mu'awiyah, dan Said bin Al-Ash duduk di sebelah kanannya.
Apabila Abdullah bin Abbas masuk ke majlis Mu'awiyah itu,
dia berkata kepada Said bin Al-Ash: Hai Said! Demi Allah, aku akan kemukakan
beberapa masalah kepada Ibnu Abbas ini yang dapat menjadikannya serba salah
untuk menjawabnya. Jawab Said: Orang seperti Ibnu Abbas ini, tidak ada apa pun
yang dapat menahannya daripada menjawab pertanyaan-pertanyaanmu itu!
Setelah Ibnu Abbas ra. duduk, Mu'awiyah lalu melontarkan pertanyaannya yang
pertama, katanya: "Apa pandanganmu tentang pribadi Abu Bakar?" tanya
Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abu Bakar!" jawab Ibnu Abbas.
"Itu saja?!" tanya Mu'awiyah lagi. "Tidak!" kata Ibnu
Abbas, "demi Allah, dia itu sangat suka membaca Al-Quran, sangat membenci
kepada kejahatan, tidak pernah membuat kekejian, selalu melarang berbuat
kemungkaran, sangat ahli tentang urusan agamanya, kepada Allah amatlah
takutnya, senantiasa bangun di waktu malamnya, bila siang berterusan puasanya,
senantiasa membelakangi urusan dunianya, kepada rakyat terkenal adilnya,
membuat makruf maksud kerjanya, senantiasa bersyukur dalam segala hal-keadaan,
pagi dan petang berzikir lidahnya, dan untuk maslahat diri ditinggalkan
kesemuanya. Dia senantiasa melebihi teman-temannya dalam kewara'an, dalam
kesederhanaan. dalam kezuhudan, dalam kecukupan, dalam kebajikan, dalam
kelengkapan, dalam kethaatan dan dalam menyesuaikan diri pada semua keadaan,
maka kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kutukannya terhadap siapa
yang membencinya hinggalah ke hari kiamat!".
"Baiklah", kata Mu'awiyah,"apa pula pendapatmu tentang
Umar?". "Moga-moga Allah merahmati Abu Hafs (nama julukan Umar)
itu", jawab Ibnu Abbas. "Bukankah Umar itu pembela Islam, pelindung
anak-anak yatim, induknya iman, tempat bergantungnya orang-orang yang lemah dan
tempat kembalinya semua orang yang beragama. Dia adalah benteng bagi sekalian
ummat, tempat bermohon bagi semua rakyat. Dia berjuang menegakkan hak Allah
dengan penuh tekun dan sabar, sehinggalah Allah,memenangkan agama ini kepada
ramai manusia, dan membuka banyak negara yang di bawah taklukan musuhnya. Kini
sebutan nama Allah tersebar pada setiap lembah dan negeri, pada setiap tanah
rata dan bukit-bukit, ada setiap kota dan kampung halaman. Pada kata-kata yang
keji ia selalu menjauhkan diri, pada keadaan susah dan senang ia tetap
mensyukuri, tidak pernah berhenti dari mengingati Allah dan selalu menepati
janji. Kerana itu, mudah-mudahan Allah akan menurunkan kemurkaannya kepada
siapa yang membencinya hingga ke hari penyesalan di hari kiamat nanti!"
Mu'awiyah tidak berkata apa-apa, tetapi dia ingin menanyai Ibnu Abbas tentang
Usman bin Affan pula yang datang dari sukunya sendiri, yakni Bani Umaiyah,
katanya: "Sekarang, cobalah engkau berikan pandanganmu kepada Usman bin
Affan pula?" kata Mu'awiyah. Ibnu Abbas ra. langsung menjawabnya, katanya:
"Moga-moga Allah merahmati juga si bapak Amru itu!" kata Ibnu Abbas.
"Dia adalah semulia-mulia anak cucu, yang kepada kaum keluarga suka
membantu, dan dalam medan perang tidak gentar. Dia di waktu malam terus dalam
keadaan bersujud, bergenang air mata bila mengingati Tuhan, siang dan malam
menanggung fikiran, senantiasa bergerak ke arah sifat yang dimuliakan,
senantiasa menjauhkan diri dari perbuatan yang mencelakakan, demi memelihara
diri dan mencari keselamatan. Dia mengeluarkan hartanya untuk membiayai bala
tentera, dan membayar harga yang mahal untuk membeli sumber air untuk rakyat
jelata, dan dia juga seorang yang menikahi dua puteri Nabi yang mulia. Maka
moga-moga Allah menurunkan kemurkaannya ke atas siapa yang mencacinya hingga ke
hari kiamat."
"Sekarang, apa pula katamu tentang Ali bin Abu Thalib?" tanya
Mu'awiyah pula. "Moga-moga Allah merahmati bapak si Hasan itu", kata
Ibnu Abbas. "Dia itu, demi Allah, adalah panji-panji hidayah, sarangnya
taqwa, sumbemya segala akal dan kepintaran, pokok dari segala kecantikan dan
kesempurnaan. Dia adalah cahaya yang bersinar di tengah kegelapan malam, selalu
mengajak ke jalan yang benar dan mencari ilmu yang mendalam. Dia ahli dalam
mengartikan kitab-kitab yang purba, pakar tentang pentakwilan Al-Quran yang
mulia, senantiasa berpegang kepada sebab-sebab petunjuk agama, selalu
membelakangi sikap yang zalim atau suka menganiaya, selalu menjauhkan diri dari
jalan-jalan buruk dan binasa, suka mendampingkan diri kepada orang yang beriman
yang taqwanya amat ketara. Dia adalah sebaik-baik orang yang bergamis dan
menutup kepala, seutama-utama orang yang berhaji kemudian bersa'i pula.
Banyak toleransinya dalam segala perkara, nampak jelas keadilannya dalam
kehakimannya di mana saja, amat bijak dalam pidato dan berbicara, tiada siapa
yang dapat mengalahkannya biar datangnya dari segala penjuru alam dan dunia,
hanya yang dapat mengatasinya ialah sekalian para Nabi dan Rasul yang mendapat
keutamaan Tuhan, khususnya Nabi Muhammad yang terpelihara dan terutama dalam
semua waktu dan zaman. Dia adalah orang yang pernah bersembahyang dengan Nabi
sehingga mereka menghadapi ke arah dua kiblat, apakah ada orang lain yang dapat
menandinginya? Dia telah menikahi semulia-mulia kaum perempuan (yakni Siti
Fathimah binti Rasulullah), apakah ada orang yang dapat menyamainya? Kemudian
dia juga ayah kepada dua cucunda Rasulullah yang sangat dikasihinya, apakah ada
lagi kelebihan yang lebih tinggi daripadanya? Kedua belah biji mataku belum
pernah melihat orang sepertinya, dan barangkali tidak akan dapat melihat
seumpamanya hingga ke hari kiamat, hari pertemuan dengan Allah, Tuhan semesta
alam. Jadi, siapa yang melaknatinya, maka turunlah laknat Allah dan laknat para
hambanya ke atas orang itu hinggalah ke hari kiamat."
"Baiklah, apa katamu terhadap Thalhah dan Az-Zubair?" kata Mu'awiyah.
"Moga-moga Allah merahmati keduanya", jawab Ibnu Abbas ra.
"Mereka keduanya, demi Allah, adalah bersih dari tuduhan, baik dalam
amalan, mereka suci dan patut disucikan, syahid dalam matinya, luas
pengetahuannya.... cuma mereka tersilap, dan moga-moga Allah akan mengampuni
keduanya dalam kesilapannya itu, berkat pembelaannya yang sudah terkenal dalam
agama ini, dan persahabatan yang kekal dengan Nabi yang mulia, dan kerana
amalan-amalan mereka yang baik yang sudah tidak perlu diperkenalkan lagi."
"Apa katamu kepada Al-Abbas itu (yakni bapa Ibnu Abbas sendiri)?"
tanya Mu'awiyah. "Moga-moga Allah merahmati Abul Fadhl itu,'terang Ibnu
Abbas, "dia itu bukan orang lain. Dia adik kepada ayah Rasulullah SAW dan
menjadi cahaya mata orang pilihan Allah. Induk sekalian kaumnya, penghulu dari
semua paman Nabinya. Pandangannya amat tajam kepada segala perkara, telaahannya
amat tepat pada semua akibat. Namanya akan dikenang orang bila disebut tentang
pengetahuannya, tiada siapa yang dapat menandinginya bila disebutkan tentang
keutamaannya, dan bila dibicarakan tentang keturunannya, semua orang akan
berundur diri kerana tidak sanggup menandingi keturunannya. Betapa tidak!
Kerana dia berada di bawah naungan dan peliharaan orang yang sangat terkenal
kemuliaannya pada setiap apa yang berjalan di atas muka bumi, dan beterbangan
di udara yang lepas bebas, iaitu Abdul Mutthalib. Dia adalah semulia-mulia
orang Quraisy yang berjalan di atas muka bumi, dan seutama-utama orang yang
menunggang kenderaan..."